BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyaknya pemukiman kumuh dan gepeng (gelandangan dan pengemis) di DIY sudah sangat mengganggu kenyamanan dan keindahan kota. Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian atau pengkajian untuk memecahkan masalah sosial tersebut. Menggunakan ilmu geografi, kami akan mengkaji beberapa alternatif cara untuk mengurangi atau meminimalisir masalah tersebut. Kesenjangan sosial yan masih melekat pada masyarakat juga salah satu sebab terjadinya permasalahan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah diatas. Maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana cara mengurangi pemukiman kumuh dan gepeng di wilayah Yogyakarta?
2. Bagaimana cara supaya masyarkat dapat menggunakan struktur ruang di Yogyakarta secara tepat?
3. Apa saja SDA yang dapat di manfaatkan supaya bisa membentuk lapangan pekerjaan baru?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakan penelitian, yaitu :
1. Mengurangi pemukiman kumuh dan gepeng yang ada di DIY dan sekitarnya.
2. Memanfaatkan SDA yang ada di lingkungan sekitar untuk membuka lapangan pekerjaan baru.
3. Mengurangi angka pengangguran di DIY.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Masyarakat tinggal secara teratur dan tidak mengganggu kenyamanan kota.
2. Masyarakat dapat memanfaatkan lahan dan SDA di lingkungan sekitarnya untuk ber wirausaha.
3. Mengurangi angka kemiskinan.
4. Memakmurkan kehidupan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Analisis Keruangan
Dewasa ini, jumlah pemukiman kumuh dan gepeng (gelandangan dan pengemis) di pusat kota Yogyakarta semakin meningkat. Hal tersebut terjadi karena tidak meratanya persebaran penduduk di Yogyakarta dan kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Bagaimana cara pemecahan masalah tersebut dengan analisis keruangan?
Untuk itu, diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang persebaran penduduk dan lapangan pekerjaan di Yogyakarta dan sekitarnya. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Dalam hal ini kita mulai membahas tentang pemukiman kumuh dan gepeng di pusat kota Yogyakarta. Kita pasti sering melihat pemukiman kumuh di kawasan Kali Code. Hal tersebut sangat menggangu keindahan kota dan kenyamanan masyarakat. Sebenarnya banyak dampak yang di akibatkan oleh pemukiman kumuh tersebut, antara lain, di kawasan pemukiman kumuh itu pasti lingkungan sekitar tidak terjaga dan dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Apalagi, di pusat kota Yogyakarta kita pasti menjumpai para gepeng (gelandangan dan pengamen). Contohnya, di Malioboro pasti kita menjumpai para pengamen yang sebenarnya dari segi fisik mereka masih mampu untuk bekerja dan mendapatkan uang dari hasil jerih payah kerja keras mereka, bukan hasil dari meminta-minta.
Pemukiman kumuh dan gepeng di Ygyakarta ada dan terbentuk karena beberapa sebab. Penyebaran penduduk yang kurang merata, mereka lebih memilih tinggal di pusat kota daripada di desa atau di pinggiran kota. Karena mereka menganggap bahwa hidup di kota lebih menjanjikan daripada hidup di desa. Dan para gepeng pun tidak berusaha untuk mencari pekerjaan, mereka hanya pasrah pada hidupnya dan tidak mau berusaha untuk lebih maju dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Sesungguhnya, apapun itu saat kita berusaha dengan maksimal dan disertai doa, dan kita percaya pada diri kita, kita bisa meraih apa yang kita ingkinkan. Tapi sifat tersebut tidak tertanam pada para gepeng.
Sebenarnya ada beberapa alternatif cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemukiman kumuh dan gepeng. Cara tersebut antara lain :
1. Pemerintah menyelenggarakan program rumah susun untuk para penghuni pemukiman kumuh.
2. Pemberian bekal kemampuan khusus secara gratis untuk para pemuda yang kurang mampu, supaya mereka tidak menjadi gepeng.
3. Pemerintah juga dapat mengadakan pemerataan jumlah penduduk.
4. Masalah ini terjadi karena rendahnya pendidikan masyarakat, sehingga pemerintah bisa membuat program pendidikan gratis untuk mereka yang sangat membutuhkan, tetapi program ini juga membutuhkan kerjasama dari masyarakat sekitar.
5. Dibutuhkan sikap toleransi terhadap sesama supaya masyarakat bisa saling gotong royong untuk memakmurkan keadaan lingkungan sekitar.
Disini, struktur ruang di Yogyakarta dapat digunakan. Misal, di Kabupaten Bantul masih banyak lahan kosong dan dapat digunakan pemerintah untuk membangun rumah susun. Karena dari pengalaman yang saya dapat, rumah susun hanya terdapat di wilayah kodya. Di Kabupaten Bantul juga masih terdapat beberapa SDA yang bisa dimanfaatkan oleh masyakarat dan bisa memperbanyak lapangan pekerjaan.
B. Pendekatan Analisis Ekologi
Masalah yang kita bahas adalah banyaknya pemukiman kumuh dan gepeng di Yogyakarta. Untuk mempelajari masalah tersebut dengan pendekatan ekologi dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi fisik di tempat yang digunakan sebagai pemukiman kumuh.
2. Mengidentifikasi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam sekitarnya.
3. Mengidentifikasi system budi daya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Menganalisis hubungan antara system budi daya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan.
5. Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi,
6. Mengidentifikasi SDA apa yang dapat digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, supaya dapat mengurangi angka gepeng (gelandangan dan pengamen) di Yogyakarta.
C. Pendekatan Komplek Wilayah
Pendekatan ini adalah kombinasi dari analisis keruangan dan analisis ekologi. Pada analisis ini dari analisis keruangan kita mendapat kesimpulan bahwa pemukiman kumuh di pusat kota Yogyakarta terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain persebaran penduduk yang kurang merata dan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan kita memanfaatkan lingkungan sekitar. Dari alam yang kita miliki, kita bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan dapat mengurangi angka kemiskinan yang ada serta dapat memakmurkan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah hasil kerja kami, ada kurang dan lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dari analisis kami tersebut, kami mendapat sebuah kesimpulan, yaitu :
Pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.